Tuesday, January 5, 2016

laporan lengkap praktikum manajemen dan perencanaan kehutanan

                                                                                                                                                 I.               PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional, maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya hutan ini perlu dikelola dengan baik  dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Manajemen hutan merupakan suatu pengertian luas dari pengetrapan / aplikasi pengetahuan tentang kehutanan dan ilmu yang sejenis dalam mengelola hutan untuk kepentingan umat manusia. Tugas manajer dalam mengelola lahan ialah melaksanakan keinginan dari pemilik. Ia akan menggunakan pengetahuannya dalam membuat perencanaan manajemen dan memperhitungkan untuk mewujudkannya dalam suatu cara yang paling efektif dan efisien.
Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksaan pengelolaan hutan dapat berjalan lancar, sesuai yang kita harapkan, yaitu berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian, dimana hutan selalu ada, produksi selalu ada, dan kondisinya selalu baik. Diharapkan dengan adanya suatu perencanaan, maka hutan dapat diurus dan diusahakan dengan baik agar kelestarian hutan dapat terwujud.
Hutan yang dipruntukan untuk tujuan produksi, khususnya produksi kayu, sejauh ini merupakan suatu hal yang paling utama dan ekstensif, dan pengelolaan ekonomis dari suatu hutan menimbulkan problema khusus yang harus dihadapi sebelum sampai pada suatu tahap untuk menghasilkan “working plan” (rencana kerja) pengelolaan hutan. Problem ini berkaitan dengan masalah perhitungan dan pengaturan hasil, yang dalam hal ini sering disebut Manajemen Hutan dalam arti yang sangat sempit.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.      Apa jenis anaman yang ada dikawasan hutan tersebut ?
2.      Berapa Volume pohon yang ada dikawasan hutan tersebut ?
3.      Berapa Etat Luas yang ada dikawasan hutan tersebut ?
4.      Berapa Etat Volume yang ada dikawasan hutan tersebut ?
1.3         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan Kegunaan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.      Mengetahui jenis tanaman yang ada dikawasan hutan terarsebut ?
2.      Mengetahui Volume pohon yang ada dikawasan hutan tersebut ?
3.      Mengetahui Etat Luas yang ada dikawasan hutan tersebut ?
4.      Mengetahui Etat Volume yang ada dikawasan hutan tersebut ?



                                                                                                                                        II.            TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen dapat diartikan  sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain. Manajemen Hutan, dalam pandangan luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan. Setiap sesuatu mempengaruhi sesuatu yang lain dalam pengelolaan hutan, oleh karena itu, seseorang harus mengetahui segala sesuatu untuk membuat keputusan. Hal ini mungkin benar, tetapi hanya pada tingkatan tertentu. Pandangan yang luas tersebut tidak diadopsi pada mata kuliah ini sebab kebutuhan pengetahuan tersebut tidak mungkin dicapai dan karena keputusan manajemen hutan tidak dibuat segera  saat ini, tetapi melalui proses yang panjang.(Supratman, dkk. 2009)
Perencanaan hutan adalah suatu upaya dalam bentuk rencana, dasar acuan dan pegangan bagi pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pengusahaan hutan yang bertolak dari kenyataan saat ini dan memperhitungkan pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi selama proses mencapai tujuan tersebut (Soeranggadjiwa, 1991).  
Zaitunah ( 2004) mengemukakan bahwa perencanaan merupakan tahapan penting dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan lestari.  Perencanaan yang baik menjadikan pengelolaan hutan terarah dan terkendali, baik dalam awal pengelolaan hutan maupun kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan.
            Inventarisasi hutan untuk rencana pengelolaan (IHRP) adalah kegiatan inventarisasi pada tingkat unit atau sub-unit pengelolaan hutan seperti bagian hutan, hak pengusahaan hutan (HPH), hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI), areal rencana karya lima tahunan (RKL) dan lainnya. Kegiatan IHRP meliputi  kegiatan persiapan dan pelaksanaan, serta persiapan rencana kerja dan peta kerja Persiapan pelaksanaan IHRP meliputi penyiapan peta dasar (peta interpretasi sitra satelit bumi, peta tematik, peta tanah dan peta iklim), rescoring dan evaluasi areal, persiapan alat dan bahan (GPS, kompas, hagameter, clinometer, pita ukur, hypsometer, christenmeter, tabel konversi jarak lapang ke jarak datar, alat pembuat herbarium, alat tulis, alat hitung, kanera, alat camping dan obat-obatan), persiapan tenaga regu kerja, stratifikasi dan bagan penarikan contoh. Pelaksanaan IHRP di lapangan dimulai dengan pencarian titik awal, pembuatan unit contoh/jalur, pengumpulan data pohon maupun data penunjang, pengolahan data serta pembuatan laporan. Kegiatan  pencarian titik awal terdiri dari pembuatan unit contoh, pengumpulan data pohon, pencacahan jenis pohon, pengukuran diameter pohon, pengukuran tinggi pohon dan pencacahan/ pengukuran permudaan. (Samsuri.2003)
Kegiatan pengumpulan data penunjang terdiri dari data luas dan letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan tanah, iklim, fungsi hutan, tipe hutan, flora dan fauna yang dilindungi, pengusahaan hutan serta penduduk, kelembagaan dan sarana-prasarana.  Kegiatan pengolahan data terdiri dari penyususnan daftar nama jenis pohon dan dominasi, perhitungan masa tegakan, perhitungan luas bidang dasar pohon dan perhitungan volume pohon. Laporan yang dibuat dalam pelaksanaan IHRP adalah laporan hasil evaluasi dan laporan hasil inventarisasi. Inventarisasi hasil hutan non-kayu (IHHNK) dilakukan untuk mengumpulkan data potensi dan penyebaran hasil-hasil hutan non kayu yang pada saat ini mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti rotan, bambu, sagu dan nipah.  IHHNK dikakukan pada areal yang berisi hasil-hasil hutan tersebut baik secara murni maupun bagian dari ekosistem hutan.(Rahmawaty.2006)
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk HPH baru: 
Etat Luas = (Luas areal berhutan - Luas kawasan lindung dlm areal berhutan etat)
Rotasi tebang
Etat Jumlah Batang = Etat luas x Jumlah batang tiap ha x fp x fe
Etat Volume = Etat luas x Volume kayu tiap ha x fp x fe
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum penambahan/pengurangan:

Etat Luas = (Luas VF yang kompak-Luas kawasan lindung dlm VF yang kompak)
Rotasi tebang - Umur perusahaan
Etat Jumlah Batang = Etat luas x Jumlah batang tiap ha x fp x fe
Etat Volume = Etat luas x Volume kayu tiap ha x fp x fe
Keterangan:
fp         = faktor pengaman
fe         = faktor eksploitasi
VF       = virgin forest
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk HPH perpanjangan sama dengan perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum penambahan/pengurangan. Perhitungan etat dalam sistem silvikultur hutan payau (mangrove) HPH baru sama dengan perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk HPH baru.(Rahmawaty.2006)
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur hutan payau (mangrove) untuk SK HPH Addendum penambahan/pengurangan sama dengan perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum penambahan/pengurangan. (Samsuri. 2003)




                                                                                                                                       III.            METODE PRAKTEK
3.1        Waktu dan Tempat.
Pelaksanaan praktek Manajemen dan Perencanaan Sumber Daya Hutan dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 19 Desember 2015, Pukul 08.30 - 11.30 WITA. Bertempat di desa Uwemanje, Kecamatan Kinovaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Palu.
3.2              Alat dan Bahan.
Pada praktikum Manajemen dan Perencanaan Sumber Daya Hutan alat yang digunakan adalah Meteran roll 50 M, Kompas, Pita ukur, Hagameter, dan Alat tulis menulis.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tegakan Hutan, dan Tali rapiah.
3.3              Cara Kerja.
1.      Membuat plot dengan ukuran 20 X 20 M.
2.      Menghitung jumlah jenis pohon yang ada dalam plot.
3.      Mengukur keliling dan tinggi pohon yang ada di dalam plot.
4.      Mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
3.4        Pengolahan Data
a.       Cara menghitung volume
b.      Cara menghitung Etat Luas
c.       Cara menghitung Etat Volume



                                                                                                                          IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1              Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dilapangan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Data Tegakan Pohon pada Luasan Hutan 400 m2.
No.
Jenis Pohon
Keliling (M)
Diameter (M)
Tinggi (M)
Keterangan
1
Pinus 1
1,32
0,420
18

2
Pinus 2
1,40
0,446
13

3
Pinus 3
1,50
0,478
17

4
Pinus 4
1,03
0,328
14

5
Pinus 5
0,8
0,255
11

6
Pinus 6
1,40
0,446
13

7
Pinus 7
1,05
0,334
12

8
Pinus 8
1,43
0,455
18

9
Pinus 9
0,98
0,312
15

10
Kemiri 1
1,52
0,484
12

11
Kemiri 2
1,45
0,462
13

12
Kemiri 3
1,90
0,605
16

13
Kedondong 1
0,7
0,223
10


Tabel 2.  Volume Tegakan pohon
No.
Jenis Pohon
Volume (M3)
Keterangan
1
Pinus 1
1,745

2
Pinus 2
1,421

3
Pinus 3
2,134

4
Pinus 4
0,828

5
Pinus 5
0,393

6
Pinus 6
1,421

7
Pinus 7
0,736

8
Pinus 8
2,048

9
Pinus 9
0,802

10
Kemiri 1
1,545

11
Kemiri 2
1,525

12
Kemiri 3
3,218

13
Kedondong 1
0,273


v  Perhitungan.
1.      Pinus 1
            
=
= 0,79 x 0,18 x 12,6
= 1,74 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 1,74 m3
                        = 19,94 m3/thn
2.         Pinus 2
            
=
= 0,79 x 0,20 x 9,10
= 1,42 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 1,42 m3
                        = 16,24 m3/thn
3.         Pinus 3
            
=
= 0,79 x 0,23 x 11,90
= 2,13 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 2,13 m3
                        = 24,40 m3/thn
4.         Pinus 4
            
=
= 0,79 x 0,11 x 9,80
= 0,83 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 0,83 m3
                        = 9,46 m3/thn
5.         Pinus 5
            
=
= 0,79 x 0,07 x 7,70
= 0,39 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 0,39 m3
                        = 4,49 m3/thn
6.         Pinus 6
            
=
= 0,79 x 0,20 x 9,10
= 1,42 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 1,42 m3
                        = 16,24 m3/thn
7.         Pinus 7
            
=
= 0,79 x 0,11 x 8,40
= 0,74 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 0,74 m3
                        = 8,41 m3/thn
8.         Pinus 8
            
=
= 0,79 x 0,21 x 12,60
= 2,05 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43 x 2,05 m3
                        = 23,41 m3/thn
9.         Pinus 9
            
=
= 0,79 x 0,10 x 10,50
= 0,80 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 0,80 m3
                        = 9,17 m3/thn
10.       Kemiri 1
            
=
= 0,79 x 0,23 x 8,40
= 1,54 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 1,74
                        = 9,17 m3/thn
11.       Kemiri 2
            
=
= 0,79 x 0,21 x 9,10
= 1,52 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 1,52 m3
                        = 17,43 m3/thn
12.       Kemiri 3
            
=
= 0,79 x 0,37 x 11,20
= 3,22 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 3,22 m3
                        = 36,78 m3/thn
13. Kedondong 1
            
=
= 0,79 x 0,05 x 7,0
= 0,27 m3
Etat Luas       =
=
                        = 11,43 m2/thn
Etat Volume  
                        = 11,43  x 0,27 m3
                        = 3,12 m3/thn

4.2              Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada kawasan hutan ini sebagian besar tumbuh pohon pinus dan sebagian kecil pohon kemiri, kedondong, tanaman anggrek, dan tanaman pertanian berupa kakao dan jambu. Hal ini dipengaruhi oleh topografi wilayah dimana kawasan hutan ini berada pada ketinggian sehingga banyak dijumpai pohon pinus di kawasan ini dan kawasan ini juga sudah terjamah oleh manusia sehingga tidak hanya tanaman pinus yang ada di tempat ini namun tanaman lainnya juga.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai volume pohon Pinus 1 sebesar 1,74 m3, Pinus 2 sebesar 1,42 m3, Pinus 3 sebesar 2,13 m3, Pinus 4 sebesar 0,83 m3, Pinus 5 sebesar 0,39 m3, Pinus 6 sebesar 1,42 m3, Pinus 7 sebesar 0,74 m3 Pinus 8 sebesar 2,05 m3, Pinus 9 sebesar 0,80 m3, Kemiri 1 sebesar 1,54 m3, Kemiri 2 sebesar 1,52 m3, Kemiri 3 sebesar 3,22 m3 dan Kedondong 1 sebesar 0,27 m3. Hal tersebut menunjukan bahwa besar atau kecilnya nilai volume pohon dipengaruhi oleh kemampuan pengukur dalam pengambilan data, tingkat ketelitian alat ukur, diameter pohon dan juga tinggi pohon.
Berdasarkan hasil pengukuran Etat luas diperoleh hasil Etat luas pada lokasi praktikum manajemen dan perencanaan sumber daya hutan ini sebesar 11,43 m2/thn. Hal ini dipengaruhi oleh dalam pembuatan plot besar atau kecil dapat mempengaruhi Etat luas.selain itu, lamanya rotasi pertahun juga mempengaruhi hasil Etat luas tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran Etat volume pada masing-masing pohon diperoleh Pinus 1 sebesar 19,94 m3/thn, Pinus 2 sebesar 16,24 m3/thn, Pinus 3 sebesar 24,40 m3/thn, Pinus 4 sebesar 9,46 m3/thn, Pinus 5 sebesar 4,49 m3/thn. Pinus 6 sebesar 16,24 m3/thn, Pinus 7 sebesar 8,41 m3/thn, Pinus 8 sebesar 23,41 m3/thn, Pinus 9 sebesar 9,17 m3/thn, Kemiri 1 sebesar 17,66 m3/thn, Kemiri 2 sebesar 17,43 m3/thn, Kemiri 3 sebesar 36,78 m3/thn, Kedondong 1 sebesar 3,12 m3/thn. Hal ini dipengaruhi oleh besar kecilnya volume pohon dan hasil etat luas serta kemampuan praktikan dalam pengambilan data.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi Etat Luas adalah luas kawasan, dan rotasi sedangkan Etat Volume adalah diameter pohon, tinggi pohon, kemampuan praktikan dalam pengambilan data dan ketelitian alat ukur.



                                                                                                                             V.            KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
Berdasar hasil pengamatan dan hasil perhitungan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Jenis tanaman yang tumbuh disekitaran kawasan hutan lokasi praktikum adalah sebagian besar tumbuh pohon pinus dan sebagian kecil pohon kemiri, dan tanaman hasil non kayu.
2.      Volume batang Pohon Pinus 1 sebesar 1,74 m3, Pinus 2 sebesar 1,42 m3, Pinus 3 sebesar 2,13 m3, Pinus 4 sebesar 0,83 m3, Pinus 5 sebesar 0,39 m3, Pinus 6 sebesar 1,42 m3, Pinus 7 sebesar 0,74 m3 Pinus 8 sebesar 2,05 m3, Pinus 9 sebesar 0,80 m3, Kemiri 1 sebesar 1,54 m3, Kemiri 2 sebesar 1,52 m3, Kemiri 3 sebesar 3,22 m3 dan Kedondong 1 sebesar 0,27 m3.
3.      Etat Luas kawasan lokasi praktikum sebesar 400 m2/thn.
4.      Etat Volume Pohon Etat volume pada masing-masing pohon diperoleh Pinus 1 sebesar 19,94 m3/thn, Pinus 2 sebesar 16,24 m3/thn, Pinus 3 sebesar 24,40 m3/thn, Pinus 4 sebesar 9,46 m3/thn, Pinus 5 sebesar 4,49 m3/thn. Pinus 6 sebesar 16,24 m3/thn, Pinus 7 sebesar 8,41 m3/thn, Pinus 8 sebesar 23,41 m3/thn, Pinus 9 sebesar 9,17 m3/thn, Kemiri 1 sebesar 17,66 m3/thn, Kemiri 2 sebesar 17,43 m3/thn, Kemiri 3 sebesar 36,78 m3/thn, Kedondong 1 sebesar 3,12 m3/thn.

5.2       Saran
Untuk mahasiswa, sebaiknya praktikan perlu peralatan yang disediakan oleh pihak fakultas agar mahasiswa dapat optimal melakukan praktikum ini.
Untuk Pembimbing, sebaiknya pembimbing praktikum dapat membimbing para praktikan tidak hanya dalam asistensi namun dilapangan juga.



DAFTAR PUSTAKA
Rahmawaty.2006. Perencanaan Pengelolaan Hutan di Indonesia. USU Repository. Medan.
Samsuri.  2003.  Panduan Praktek Umum Kehutanan 2003.  Program Ilmu Kehutanan USU. Medan.
Zaitunah, A.,  2004.  Perencanaan Pengelolaan Hutan dalam Panduan Praktik Umum Kehutanan (PUK) 2004.  Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian USU. Medan.